Jumat, 26 Juni 2015

Guru Merupakan Teladan Bagi Siswanya

Guru Merupakan Teladan Bagi Siswanya - Dalam satu buah lingkup pembelajaran di sekolah terutama juga sebagai guru pernahkah kita mencermati sebuah keadaan & kondisi kala peserta didik datang terlambat?. Sebahagian dari mereka menunjukkan kemalasan atau ketidaksukaannya bahkan kadang diwaktu mereka datang ke sekolah cuma buat sekedar menggugurkan kewajiban buat isi absen. Menandakan rendah sekali di antara peserta didik yg menyenangi gerakan menuntut ilmu di Sekolah.

Tragisnya ada sekian banyak peserta didik yg menyampaikan bahwa datang awal ialah yakni satu buah gerakan yg amat sia-sia, menjemukan & tak menarik sama sekali, macam mana tak, peserta didik disuruh masuk jam 7 : 15, sementara gurunya baru datang jam 7 : 30 (kapan mulai sejak pelajarannya?). Kenapa hal tersebut dapat berjalan? Apakah ketidaktepatanwaktu peserta didik terhadap gerakan menuntut ilmu ialah kesalahan peserta didik itu sendiri yg susah diarahkan ? Pasti pada awal mulanya kita mesti lebih berpikir dengan cara bijaksana.

Guru Merupakan Teladan Bagi Siswanya

Di dalam menganalisa sesuatu elemen sehingga kita mesti ingin & berikhtiar buat memetakan & mencari sumber kesalahan tersebut, tak boleh dengan cara sertamerta kita menimpakan suatu kesalahan itu terhadap diri peserta didik. Ingat kata Gus Dur, “ketika jari telunjuk kita mengarah kepada satu orang peserta didik, empat jari lainnya justru mengarah kepada diri kita”. Menjadi, alangkah baiknya apabila kita mesti mengupayakan jalankan introspeksi didahulukan sebelum menjatuhkan vonis.

Keengganan peserta didik utk sanggup “On Time” tak sepenuhnya juga sebagai kesalahan peserta didik. mungkin kesalahan itu justru sanggup berjalan kepada gurunya. Seandainya kita ingin jujur, kesusahan “On Time” ini pun berlangsung kepada guru, yg notabene sejauh ini tidak jarang menyuruh “On Time” pada peserta didik, bakal namun tak sempat menggandeng “On Time”. Kelemahan guru dalam “On Time” dapat kelihatan diwaktu guru-guru tadi diminta mengikuti upacara pagi Senin & mengampuh pelajaran terhadap jam perdana pun terhadap jam-jam sesudah istirahat. Mereka datang terlambat dgn 1001 argumen, sementera peserta didik cuma ingin tahu 1 argumen, TERLAMBAT = Datang terakhir/melewati batas waktu, Titik.

Baca juga: Cara menjadi Guru yang Disukai Siswanya

Teladan itu dapat memberikan satu buah apresiasi dan perubahan pola pikir terhadap peserta didik mengenai dengan cara apa bakal “On Time” , menghargai disaat, berpikir kritis, hormat terhadap guru, termasuk juga di dalamnya mengerjakan pekerjaan cocok disaat. Kemungkinan guru bakal terperangah & baru menyadari bahwa mereka sendiri nyaris tak sempat datang cocok diwaktu, kecuali kepada awal bln, tanda tangan penghasilan.

Lantas, pantaskah guru mengeluhkan kedisiplinan peserta didik dalam gerakan “On Time”, & sementara guru sendiri tidak dapat jadi sample bagi peserta didik ? Bagaimanapun serta, peserta didik dapat berkaca kepada gurunya. Mereka bakal tertarik utk “On Time” kalau gurunya dapat menunjukkan betapa hebatnya & sungguh mengasyikkannya datang “On Time” itu. Dalam satu buah gagasan lantaran akibat yg saling berkorelasi & berhubungan sehingga buat bisa menunjukkan sikap “On Time” itu, pasti saja satu orang guru mesti “On Time” pun.

Berkenaan bersama kedisiplinan, satu orang guru hendaknya dapat jadi sampel bagi peserta didik. Buat itu, ingin tak ingin, guru serta dituntut utk meninggalkan egonya (menomer2kan urusan keluarga pada pukul sekolah) pun berakhir mencari 1001 argumen buat “Menghalalkan” keterlambatannya. Tabiat guru mampu dijadikan sample atau bahkan jadi panutan bagi peserta didik. disamping itu, bersama “On Time”. Sebahagian gede guru kita benar-benar lebih sering sanggup mengatakan beraneka ragam teori berkaitan kedisiplinan, tapi tak akan laksanakan atau mengaplikasikan teori yg di sampaikan itu.

Contohnya, guru otomotif teramat dapat diandalkan mengemukakan teori menyangkut motor bakar, Tune-Up, Penyetelan Rem, Transmisi, pula bagaimanakah trik jadi pegawai/pengusaha yg berhasil. Tetapi, yg tidak jarang dilupakan yakni guru kurang perhatian bahkan tak mengembangkan bisnis keterampilan produktif (mendirikan bengkel sendiri, contohnya) tersebut dengan cara nyata & konsisten menerus. Apabila guru suka berikan teladan, pasti dapat memotivasi peserta didik buat suka bekerja pun.

Sebenarnya, “On Time” sanggup dimulai dari hal-hal yg sederhana. Mampu dari pengalaman pribadi yg mengidolakan Guru“On Time” semasa di Sekolah dahulu, menumbuhkan rasa malu datang terlambat, mencintai profesi, bahkan apabila mengizinkan menambah pengetahuan berkaitan pentingnya PROSES PENDIDIKAN, biar lebih tahu betapa berperannya seseorang guru kepada karakter anak. Sekian Banyak peserta didik bahkan ada yg tidak jarang “On Time” walaupun datang bersama perut yg tetap kosong, bukankah itu yakni satu buah tamparan bagi seluruhnya guru?.

Haruskah satu orang guru senantiasa “On Time”? Jawabannya, pasti saja. Dapat namun tak mengesampingkan 4 kecerdasan guru yg ada & dinilai kepada proses pemberian tunjangan fungsional guru (sertifikasi guru).

Seluruhnya itu memerlukan proses, kalau serius jalankan, pasti bakal terbentang jalan. Ingat, di balik kesusahan tentu ada kemudahan (Inna ma’al ‘ushri yushro). Menjadi, benar benar tak beralasan jikalau masihlah ada guru yg dalam peristiwa keguruannya tak sempat dapat berikan teladan “On Time” kepada siswanya. Guru merupakan teladan untuk siswanya

Tetapi, kalau guru yg tidak jarang terlambat ini masihlah sanggup yakin diri mengajar di hadapan para peserta didik tidak dengan merasa punyai beban moral atau tidak dengan punyai kemauan buat mengganti tabiat “menyimpangnya”, sungguh ‘luar biasa’. Hasilnya, silahkan kita bangkitkan semangat selalu untuk “On Time” biar kita bisa berikan teladan macam mana kiat “On Time” itu pada para peserta didik kita sepeninggal kakak kelasnya.

Tulisan ini adalah hasil “bertapa” selagi 4 hri di rumah & sejumlah SMS peserta didik yg menanyakan informasi informasi & mengabarkan informasi menyangkut tabiat “menyimpang” guru-gurunya, pula juga sebagai kado Hri Pendidikan Nasional. “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar